Pair of Vintage Old School Fru
KARANG TARUNA SAKTI SRIRANDE
About MeHomeBlog
foto dokumentasi kerja bakti diwaduk srirande
taruna sakti
Karang Taruna adalah organisasi sosial kemasyarakatan sebagai wadah dan sarana pengembangan setiap anggota masyarakat yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat terutama generasi muda di wilayah desa/kelurahan terutama bergerak di bidang usaha kesejahteraan sosial.
sambutan bu kades srirande

Sambutan bu kades srirande dalam acara jalan sehat 2016 dalam rangka memperingati hari kemerdekaan bangsa indonesia
malam pucak ke 17 agustus didesa srirande

Sambutan ketua panitia,bu kades,dan tokoh masyarakat di desa srirande pada malam puncak di bale desa srirande
17 AGUSTUS BUKANLAH KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA TAPI BANGSA INDONESIA
17 AGUSTUS BUKANLAH KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA TAPI BANGSA INDONESIA
Salah letak keliru pasang, kalau hanya dilakukan oleh satu orang saja mungkin tidak perlu menjadi perhatian kita. Tapi kalau salah letak keliru pasang dilakukan orang oleh banyak orang bak seantero negeri dan diulang-ulang setiap tahun, ini miris sekali. Apalagi jika sampai pihak pemerintah seolah turut mengabadikannya. Kedua, sekalipun dilakukan banyak orang tapi kalau salah letak keliru pasang itu masalah sepele tidak jadi soal. Namun kalau sudah menyangkut Negara Republik Indonesia, menyangkut bangsa Indonesia, tentu sebagai warga negara yang baik kita wajib dan harus berani meluruskannya, jangan terus dibiarkan. Salah letak keliru pasang yang kami maksud adalah terkait adanya spanduk-spanduk, tema-tema, tulisan-tulisan. Baik itu di kantor-kantor, di media-media, di jalan-jalan yang berbunyi “DIRGAHAYU KEMERDEKAAN RI” atau HUT KEMERDEKAAN RI kemudian ditulis 17 Agustus. Dari Sabang sampai Meraoke hampir semuanya berbunyi seperti itu. Memang jika tidak dicermati hal ini tampak seolah-olah benar apalagi sudah terbiasa, jadi tidak terasa. Padahal penyebutan “DIRGAHAYU KEMERDEKAAN RI” adalah salah letak keliru pasang. Mengapa? Perhatikan Teks Proklamasi Kemerdekaan yang juga selalu dibaca setiap tanggal 17 Agustus dalam memperingati kemerdekaan ini. Proklamasi. Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia. Hal2 jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l. diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05 Atas nama bangsa Indonesia Soekarno/Hatta Dari awal hingga ahir teks Proklamasi tidak ada satupun menyebut kata Republik Indonesia yang disebut adalah Bangsa Indonesia. “Proklamasi. Kami bangsa Indonesia, bukan Proklamasi kami Republik Indonesia. “Dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia, bukan “Dengan ini menjatakan kemerdekaan Republik Indonesia. Kemudian ditegaskan “Atas nama bangsa Indonesia,” bukan disebut atas nama Republik Indonesia Soekarno/Hatta, bukan Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Moch. Hatta Ini bukti otentik sejarah yang tidak bisa diubah. Ini fakta sejarah. Jadi jelasnya bahwa pada 17 Agustus 1945 itu yang merdeka adalah bangsa Indonesia bukan Republik Indonesia. Karena memang waktu itu Negara Republik Indonesia belum secara sah berdiri, baru esoknya tanggal 18 Agustus 1945. Oleh sebab itu dalam teks Proklamasi disebutnya “Dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.” Mengapa Bung Karno dan Hatta menyebut kemerdekaan Bangsa Indonesia bukan kemerdekaan Republik Indonesia, ya tentunya yang dijajah selama 350 itu adalah banga Indonesia memang bukan Republik Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia berdiri pada tanggal 18 Agsutus 1945 dan Negara Kesatuan Republik Indonesia belum pernah dijajah oleh Megara lain. Maka yang merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 itu adalah Bangsa Indonesia dan inilah yang kita peringati setiap tahun tepatnya tanggal 17 Agustus. Jika kita hendak (juga wajib) memperingati Republik Indonesia maka yang tepat adalah tanggal 18 Agustus bukan tanggal 17 Agustus. Namun kurang tepat pula bila menyebutnya 18 Agustus adalah Kemerdekaan Republik Indonesia, yang lebih pas 18 Agustus adalah peringatan berdirinya Negara Republik Indonesia. Jadi jalasanya tanggal 17 Agustus 1945 adalah Hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia dan 18 Agustus 1945 adalah peringatan berdirinya Negara Republik Indonesia. Maka jika kita mengadakan peringatan pada tanggal 17 Agustus adalah Peringatan Kemerdekaan Bangsa Indonesia bukan Peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia. Inilah yang kami maksud dengan salah letak keliru pasang. “17 Agustus Bukan Kemerdekaan Republik Indonesia tapi Kemerdekaan Bangsa Indonesia.* Untuk itu dalam agenda peringatan dan upacara Pengibaran Bendera Sang Merah Putih tepat pada tanggal 17 Agustus 2014 dengan mengambil semangat kemerdekaan, roh dan jiwa sang Merah Putih. Dengan tulus dan tegas kita akan menyuarakan koreksi salah letak keliru pasang itu. “17 Agustus Bukan Kemerdekaan Republik Indonesia tapi Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Dua, dalam peringatan dan upacara Pengibaran Bendera Sang Merah Putih yang digelar di situs Bung Karno Kediri 17 Agustus 2014. Dengan mengambil spirit Sang Proklamator dan mengambil barokah di tempat bersejarah ini tanpa sedikitpun rasa takut kita akan menyuarakan koreksi salah letak keliru pasang itu. “17 Agustus Bukan Kemerdekaan Republik Indonesia tapi Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Mengapa kita harus kembali mengambil spirit Bung Karno, karena memang Bung Karo tidak pernah menyebut dengan istilah 17 Agustus Kemerdekaan Republik Indonesia. Coba, tengoklah dalam sejarah, cari dalam pidato-pidato Bung Karno pernahkan Presiden Soekarno menyebut 17 Agustus Kemerdekaan Republik Indonesia. Insya Alloh tidak pernah. Berkembangnya penyebutan 17 Agustus adalah Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia itu kiranya bermula pada tanggal 16 Agustus 1970. Rektor Universitas Bung Karno Jakarta sudah mengapresiasi adanya koreksi salah letak keliru pasang bahwa “17 Agustus Bukan Kemerdekaan Republik Indonesia”. Sudah 2 tahun lalu, tepatnya 03 Agustus 2012 beliau menyatakan itu. Dan khusunya untuk masyarkat Jawa Timur saya kira tidak perlu takut menyuarakan koreksi ini, karena itu koreksi untuk diri kita sendiri, bukan orang lain. Selain itu pada hari Ahad Kliwon tanggal 17 November 2013 sekitar jam 13.00 Wib dalam sebuah acara peringatan Tahun Haru Hijriyyah 1435 H kami pernah menyinggung adanya salah letak keliru pasang ini kepada Bpk Wakil Gubernur Jawa Timur Saifulloh Yusuf. Waktu itu beliau mengatakan akan menindaklanjuti persoalan ini. Maka sekali lagi dengan mengambil semangat Bendera Sang Merah Putih di hati istimewa ini, tempat yang erat dengan sang Proklamator ini kami harus menyuarakan koreksi ini. “17 Agustus Bukan Kemerdekaan Republik Indonesia, tapi yang benar adalah Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Kalau perlu kebenaran itu harus kita perjuangkan dengan sepenuh jiwa raga, bahkan sampai titik darah penghabisan. Inilah pesan makna dari Bendera Pusaka kita Sang Merah Putih yang harus warisi. Sekali Sang Merah Putih dikibarkan, pantang untuk di turunkan. Merdeka!
DIRGAHAYU KEMERDEKAAN BANGSA INDONESIA
DIRGAHAYU KEMERDEKAAN BANGSA INDONESIA
SwaraSENAYAN.com. Pidato Kyai Muhammad Muchtar Mu’thi, Pendiri dan Dewan Penyantu Persaudaraan Cinta Tanah Air Indonesia (PCTAI) yang dijiwai manunggalnya keimanan dan kemanusiaan, dalam HUT PCTAI ke-6 di Sasana Kriya, TMII, Jakarta (21/3). Kemerdekaan yang kita peroleh, jangan sampai kerdil lagi. Harus menjadi Indonesia Raya. Tanpa bangun dan membangun tidak ada Indonesia Raya ini. Kita harus teliti. Dalam Lagu kebangsaan Indonesia Raya: ada kalimat: Indoneisa tanah airku, ini mencakup tanah dan air semua tercakup. Indonesia kebangsaanku, ini mencakup seluruh bangsa Indonesia dan seluruh kekayaannya, tapi belum sampai pada Indonesia Raya. Oleh sebab itu, semua kekayaan yang melimpah ini. Semua daratan, lautan tidak ada artinya kalau jiwa bangsa Indonesia ini tidur. Maka selanjutnya: bangunlah jiwanya, bangunlah badannya untuk Indonesia Raya. Jadi tidak mungkin kita menjadi Indonesia Raya kalau hanya tidur ngorok, ngiler. Sudah diambilin habis, masih tidur. Yang ada semakin meluasnya kapitalis. Jiwa kita harus bangkit, betul-betul harus bangun jangan tidur untuk membangun Indonesia Raya. Untuk apa bangun kalau tidak membangun. Bagun itu saudaranya hidup, tidur itu saudaranya mati. Kalau jiwa kita tidur terus sama dengan mati, tidak ada apa-apanya. Itulah hebatnya lagu kebangsaan Indonesia Raya. Munculnya lagu itu, penjajah Belanda seperti kebakaran jenggot, bagai tersambar halilintar disiang bolong. Yang ditakuti penjajah ada kata merdeka, bersatu. Secara singkat dapat dijelaskan tidak mungkin, bisa menjadi Indonesia Raya jika tidak ada 7 komponen: berseru, bersatu, hidup, bangun, membangun, merdeka, cinta. Kita jangan sampai menjadi orang yang durhaka, maka kita ajak semua komponen untuk ikut organisasi yang bersifat merajut nusantara. Semoga setelah tahun ke-6, Organisasi PCTAI terus meningkat, terus berjuang, jangan tidur. Terus berjuang tidak berhenti. Jangan malu sama puncak monas. Lambang apa? Lambang tingginya, uletnya Cita-cita bangsa Indoneisia yang Mulya. Perjuangan yang tidak pernah padam. Tugu Monas tingginya 137 meter. Puncaknya berbentuk jilatan api yang dilapisi logam emas 35kg. Emas logam mulia, itu lambangnya cita-cita bangsa Indonesia memang mulya. Jilatan api perlambang semangat yang tidak pernah padam sampai sekarang. Selama 434 tahun bangsa Indonesia dijajah, (sejak Malaka dikuasai Portugis). Sejak Malaka dikuasai Portugis sampai sekarang cita-cita tidak pernah padam. Yang padam hanya pemberontakannya Jika perjuangannya berhenti, apa tidak malu? Setiap saat kita bisa melihat Monas? (Hanya melihat tapi tidak tahu maknanya). Monas melambangkan tingginya, uletnya cita-cita bangsa, sebagaimana disebut dalam Mukhaddimah UUD 1945 alenia ke-3. Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan didorongkan atas keinginan luhur…. dst, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya. Kehendak bangsa: berkehidupan, kebangsaan (bukan kesukuan, individu, kelompok) yang bebas (bangsa bebas merdeka, kedaulatan bebas merdeka). Karena niat yang suci itu kemudian masih dijiwai berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Maka berhasillah proklamasi kemerdekaan – “maka dengan ini rakyat Indonesia menyatakan kemerdekaan bangsa (bukan kemerdekaan RI). Oleh sebab itu penulisan DIRGAHAYU KEMERDEKAAN RI ini adalah salah. Yang benar adalah DIRGAHAYU KEMERDEKAAN BANGSA INDONESIA. Beberapa dasar yang menjelaskan hal ini terdapat dalam teks proklamasi dan Mukhaddimah / Pembukaan UUD 1945 sebagai berikut: Di teks proklamasi tidak ada kalimat RI, yang ada kemerdekaan bangsa. Demikianpun di alenia 1, 2, 3, 4. Tapi seakan-akan terjadi konsensus di surat kabar, penceramah, pintu-pintu gerbang menjadi kemerdekaan RI (ini keliru), ini kata-kata yang menghina bapak bangsa, (atas nama bangsa Indonesia, Soekarno Hatta), tidak ada atas nama Republik Indonesia. Bangsa-bangsa Indonesia adalah bangsa yang mikul duwur mendem jero. Sesuatu yang membawa keluhuran bangsa harus dipikul. Sesuatu yang membawa kehinaan bangsa harus dikubur sedalam-dalamnya. Tapi ini, yang dikubur bapak bangsa. Bukan hanya itu, dengan kata-kata KEMERDEKAAN RI, RI itu negara, di dalam negara yang merdeka rakyatnya belum tentu merdeka. Sampai sekarang rakyat belum merdeka. Ini mengubur bangsa Indonesai sendiri. Tapi jika bangsa Indonesia, sudah merdeka. Di dalam negara yang merdeka, rakyatnya belum merdeka. Ini aneh. Pikirlah yang jernih NKRI pun terkubur. Kapan RI dijajah?. Padahal yang dijajah itu Bangsa Indonesia, bukan NKRI (350 tahun dijajah Belanda, 3,5 tahun dijajah jepang). Ini memperkuat tuduhan RI hadiah dari sekutu, RI itu perjuangan dengan sungguh-sungguh (Alenia ke-2), masih didepan pintu gerbang kemerdekaan. Aneh, didalam bangsa yang merdeka, rakyatnya belum merdeka. Pikirlah yang jernih. Bukan itu saja, NKRI pun terkubur. Kapan RI dijajah, berarti RI yang dijajah, padahal RI tidak dijajah. Apakah RI hadiah sekutu, memperkuat tuduhan RI hadiah sekutu. Tapi tidak ada dalam sejarah RI itu perjuangan, bukan hadiah. Jadi setelah 17 Agustus, baru NKRI berdiri (18/8). Pancasila belum ada pada tanggal 17, baru final tanggal 18/8. Telitilah menggunakan bahasa / kata-kata. Bacalah buku, sejarah kemerdekaan Bangsa oleh Muhammad Hatta – bapak koperasi, bukan bapak keprasi, dikepras dikasihkan kapitalis. jika demikian terus, bukan kemiskinan yang digusur tapi orang miskin. Padahal yang seharusnya digusur bukan orang miskin tapi kemiskinan. Hidupkanlah koperasi, perekonomian rakyat, jangan takut. Itulah sebabnya, dibuat organisai yang bersifat nasional, organisasi yang merajut nusantara. Agar tidak durhaka. Yang tidak cinta tanah air durhaka, dosa besar. Jika organisai tumbuh PCTAI, terus eksis, akan kelihatan siapa yang sungguh-sungguh cinta tanah air, siapa yang tidak cinta, mana yang cinta sejati, mana yang palsu, mana yang benci terhadap Indonesia, mana yang tidak cinta, tidak benci, tidak peduli (sukanya menggeroti, menaiki saja). Ini adalah soal rasa, nanti akan kelihatan tanda-tanda nya saya orang Indonesia yang beragama Islam, saya orang Indonesia yang beragama Kristen, saya orang Indonesia yang beragama Budha dan seterusnya. Ciri-cirinya peduli pada bangsa Indonesia. Oleh sebab itu : saya orang Indonesia beragama Islam, bukan orang Islam di Indonesia. Sebab jika merasa orang Indonesia, pasti akan peduli dengan Indonesia. Saya bertekad, berjuang sampai titik darah penghabisan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Insyaallah Indonesia akan dirahmati dan diberkati Allah SWT. ■mtq Ayo Berbagi!
Dirgahayu bangsa Indonesia

Rakyat Indonesia kembali memperingati hari kemerdekaannya. Hari di mana pernyataan sikap untuk merdeka, bersatu dan berdaulat di tanah sendiri. Terbebas dari segala bentuk penjajahan bangsa lain, baik dalam bidang ekonomi, sosial, politik, budaya, pertahanan dan keamanan. Pernyataan tersebut dalam bentuk teks Proklamasi Kemerdekaan yang dibacakan tepat pada tanggal 17 Agustus 1945.

Pada tahun ini genap sudah bangsa Indonesia berumur 71 tahun. Hal ini tentu menjadi catatan kita bersama tentang arah bangsa Indonesia di masa depan. Wajah Indonesia di mana seluruh rakyat berada dalam kesejahteraan, kedamaian, ketentraman dan kebahagiaan. Tanpa khawatir esok akan makan apa, anak-anak sekolah dimana ataupun khawatir barang-barang mereka aman atau tidak.

Kiranya hal ini terasa sulit dicapai apabila, peringatan Proklamasi hanya sebatas seremonial semata. Peringatan hari kemerdekaan hanya sebatas perayaan tanpa makna. Peringatan di mana anak-anak hingga dewasa hanya terlarut dalam lomba-lomba tahunan. Karena bukan lah tersebut yang menjadi bukti kemerdekaan Indonesia.

Tugas dan tanggungjawab bangsa Indonesia sangatlah besar. Apabila dahulu para pendiri bangsa ini harus berjuang menumpahkan darah. namun saat ini tugas tersebut telah beralih dalam bentuk menumpahkan segala bentuk ide, gagasan, pemikiran yang brilian untuk mengisi kemerdekaan dan melepaskan seluruh rakyat dari penjajahan gaya baru.

Selain masalah pembangunan sosial ekonomi, masih banyak tugas-tugas besar bangsa ini lainnya yang masih menunggu untuk segera di tuntaskan. Di antaranya seperti, konflik horizontal (perang suku), gerakan separatisme dan yang terhangat saat ini adalah gerakan radikalisme.

Pemerintah pun telah menegaskan bahwa gerakan-gerakan yang mengarah pada radikalisme dilarang hidup di Indonesia, karena bertentangan dengan ideologi Pancasila dan kebinekaan di negeri ini.

Disadari bahwa bangsa Indonesia terlahir dari konflik (penjajahan) dan besar atas konflik. Akan tetapi, menjadi suatu kebanggaan bahwa hingga kini kita selalu mampu menyelesaikan berbagai bentuk konflik tersebut dengan baik dan bijak. Sangat jauh berbeda dengan saudara-saudara kita di negara lain.

Hal ini tentu salah satunya disebabkan oleh besarnya rasa persaudaraan, nasionalisme dan cinta Tanah Air kita pada bangsa ini. Kita terlanjur mencintai Tanah Air ini dan tidak akan sejengkalpun ternodai oleh sikap dan tindak negatif yang mampu merusaknya. Untuk itu, marilah kita terus memupuk dengan baik, sesuai amanah Pancasila, terutama Pasal 3 yaitu ‘Persatuan Indonesia’.

Kita harus mampu menolak segara bentuk radikalisme yang mampu merusak persaudaraan ini, menjaga dengan baik agar pembangunan dapat berjalan maksimal. Jangan berikan celah sedikit pun bagi pihak asing untuk merusak tatanan kenegaraan Indonesia yang telah lama terbagun dan seluruh rakyat Indonesia berkewajiban menjaga hal tersebut. Semoga bangsa ini tetap aman, tentram dan sejahtera

kegiatan sosial karang taruna dsn rande
kegiatan sosial karang taruna dsn rande
Bagi saya sendiri, bergabung dikarang taruna sangat menyadarkan saya akan pentingnya berjiwa sosial Karena pada dasarnya kita makhluk social.
latihan band karang taruna rande

anggota aktif karang taruna.Latihan band di kantor balai desa srirande
contoh sikap gotong royong

Untuk mewujudkan suatu kegiatan gotong royong yang berjalan dengan baik dalam masyarakat tidaklah mudah, karena gotong royong yang baik perlunya kesadaran diri masyarakat untuk meluangkan waktu. Maka kerjasama dari berbagai kelompok masyarakat dalam melaksanakan kegiatan gotong royong, memerlukan dukungan dari adanya peranan yang nyata dari pemuda Karang Taruna.
smule"ada yang hilang

Lirik Lagu Ada Yang Hilang - Ipang Aku hanya bisa terdiam Melihat kau pergi dari sisiku Dari sampingku Tinggalkan aku seakan semuanya Yang pernah terjadi Tak lagi kau rasa Masih adakah tentang aku Di hatimu yang kau rasakan Coba kau rasakan Mudahkah bagimu untuk hapuskan Semua kenangan bersama denganku Tak pernah sedikit pun Aku bayangkan betapa hebatnya Cinta yang kau tanamkan (I) Hingga waktu beranjak pergi Kau mampu hancurkan hatiku Reff : Ada yang hilang dari perasaanku Yang terlanjur sudah Kuberikan padamu Ternyata aku tak berarti tanpamu Berharap kau tetap di sini Berharap dan berharap lagi Back to : (I), Reff
karang taruna
karang taruna
TARUNA SAKTI Dsn.Rande - DS.SRIRANDE Kec.DEKET Kab.LAMONGAN Berdomisili di Lamongan.Tepatnya di Dusun Rande Desa Srirande Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan Propinsi JAWA TIMUR Berdirilah sebuah organisasi karang taruna yang menamakan diri mereka “TARUNA SAKTI” yang bermakna “GENERASI MUDA YANG HEBAT” yang secara luas di artikan kesatuan dan kekompakan dalam sebuah organisasi harus di junjung tinggi tanpa mengenal perbedaan yang ada SEMANGAT UNTUK REKAN-REKAN KARANG TARUNA SAKTI Link yang lain: http://karangtarunasrirande.blogdetik.com/2016/07/16/karang-taruna-1
«12345»